Renungan 12: Rahmatan lil’alamiin


Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (QS. Al Anbiyaa':107)

"Ah saya mah, sudah bisa ngasih makan anak sama istri sudah cukup. Saya
tidak akan muluk-muluk."
"Saya hanya ingin bermanfaat bagi orang lain."
Coba bandingkan dua kalimat di atas. Mana yang lebih baik? Jika Anda memilih kalimat yang kedua, sepakat dengan saya. Bagaimana dengan contoh kalimat yang pertama? Menurut saya banyak sekali. Sebagai ciri orang-orang yang seperti ini ialah orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Ciri lain ialah orang yang cepat puas dengan hasil yang dia peroleh, karena sudah mencukupi untuk diri serta keluarganya. Padahal masih banyak orang-orang yang membutuhkan bantuan kita. Pengemis,



gelandangan, anak-anak jalanan, anak-anak yatim piatu, anak-anak berandal, dan sebagainya. Jika kita sudah cukup, kenapa kita tidak berpikir untuk mencukupi mereka? Semua terserah Anda, kalimat mana yang akan Anda pilih. Pemilihan kata-kata itu merupakan pencitraan pada diri Anda sendiri,  apakah Anda orang yang egois yang hanya mementingkan diri sendiri atau orang yang peduli dengan sesama, yang menjalankan peran Anda sebagai seorang Muslim yaitu rahmatan lil 'alamin.


Jangan karena kita sudah bisa memenuhi kebutuhan kita, lalu kita berhenti meraih sukses yang lebih tinggi lagi. Sebab, kita ini diutus menjadi rahmatan lil’alamiin, bukan saja rahmat untuk diri sendiri dan keluarga. Jika sudah sukses pun tidak ada alasan untuk tidak meraih sukses berikutnya, apa lagi jika kita masih merasa belum sukses.



What's on Your Mind...

Diberdayakan oleh Blogger.